A place to share knowledge

Saturday, February 9, 2013

Posted by Abdul Aziz in | 1:18 PM 2 comments



Assalamu'alaikum wr. wb.

Apakah saya harus kaya ?, sering sekali pertanyaan ini muncul di benak saya, ketika melihat beberapa orang, atau sekumpulan orang yang menghabiskan waktunya berkumpul di mesjid disekitar tempat tinggal saya. Mereka punya pandangan hidup (ekonomi) yang bersifat statis. Tidak perlu uang, jabatan, dan bekerja. “Berdoa, dan mensyukuri apa yang ada itu cukup bagi saya” itu pernyataan salah satu orang dari kelompok tersebut.   Ironi, padahal mereka punya keluarga yang tentunya perlu di beri nafkah.

Seorang muslim tidak seharusnya nyaman dengan hidup dalam kekurangan harta. Apalagi bersifat pasif dan tidak berusaha. Ia harus mencari, berusaha dan terus berdoa agar mendapatkan karunia Allah yang berupa harta, yang nantinya untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian, maka seorang muslim bisa meningkatkan kualitas ibadahnya serta bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya terutama kaum muslim, sesuai dengan firman Allah :
  1. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS.11:61) (artinya membangun kehidupan atau peradaban yang baik,benar dan Islami.)
  2. Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi (perak, aluminium, minyak,atom dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfa’at bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya ALLAH mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal ALLAH tidak dilihatnya. Sesungguhnya ALLAH Maha Kuat lagi Maha Perkasa.QS.57:25 (artinya umat Islam haruslah mendirikan industri,membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan pendidikan akhirnya memakmurkan umat Islam serta memperkuat pertahanan agama dan umat.)
Namun paradigma yang berkembang di masyarakat dewasa ini malah terkesan  putus asa dengan keadaan. Kebanyakan orang lebih nyaman dengan posisi mereka saat ini, lebih nyaman dibantu, terlalu asik diberi dan sebagainya.  Jiwa  kemandirian yang hilang karena keadaan.  Juga rasa peduli yang kurang terkadang mendorong seseorang punya gaya hidup yang biasa-biasa saja, yang penting cukup untuk keluarga sendiri  ya sudah (Egois).


Padahal Rasulullah SAW bersabda : “Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah”.

seharusnya ini bisa menjadi motivasi bagi kaum muslim untuk bisa lebih bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan lebih yang tentunya untuk digunakan dijalalan Allah. Namun ada beberapa orang atau bahkan mungkin banyak disekitar lingkungan kita yang lebih memilih hidup serba kekurangan dan seadanya dengan dasar hadist dibawah ini :


  1. Rasulullah SAW melihat bahwa syurga itu kebanyakan orang-orang miskin, sedangkan dalam neraka kebanyakan wanita-wanita. (HR Muslim-Bukhary)
  2. Orang kaya susah masuk ke pintu syurga karena banyak pertanyaan-pertanyaan dan merangkak, sedangkan orang miskin segera syurga karena tidak ada pertanyaan tentang harta. (HR Tarmidzi)
  3. Rasullulah berdoa kepada Allah SWT, “Yaa, Allah jadikanlah aku seorang miskin dan matikanlah aku dalam kemiskinan.” (HR Muslim)
  4. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Allahummaj al-rizqa aali muhammadin quutaa” yang artinya “Yaa Allah, jadikanlah rizki keluarga Muhammad sekedar kebutuhan pokok.” (HR Imam Muslim)

Terus Muslim Ideal, yang kaya atau yang miskin?

Kaya atau miskin bukanlah sebuah dosa yang harus dihindari. Ketika Allah SWT meluaskan rizqi seseorang, bukanlah sebuah jebakan untuk menyeretkan ke dalam neraka. Dan ketika Allah menyempitkan rizqi hamba-Nya, belum tentu menjadi jaminan atas surga-Nya.

Semua itu kembali kepada kita dalam menyikapinya. Karena dirasa kurang tepat jika berasumsi bahwa muslim yang ideal itu adalah yang miskin saja atau yang kaya saja. Yang ideal ialah seorang muslim yang miskin tapi bersabar dan yang kaya tapi banyak berinfak dan bersyukur. Keduanya telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah dan para sahabatnya.(Baca disini)

Islam sangat tidak mengharamkan kekayaan, bahkan nabi dan para sahabat adalah para miliyarder dengan hasil jerih payah mereka sendiri, tetapi yang patut kita contoh dan pelajari ialah tidak ada keinginan untuk bermewah-mewah, apalagi mempertontonkan kekayaan. Justru semuanya malah diamalkan dijalan Allah SWT.

Tentu mungkin berbeda jika kita sendiri yang mengalaminya. Karena tidak sedikit orang yang terjebak dengan situasi ini(kaya) malah terbuai dengan keadaan dan melupakan ajaran islam. Menjadi miskinpun jangan dikira kita lepas dari masalah karena selama nafas masih berhembus cobaan masih harus kita hadapi.
Namun tanyakan pada diri kita sendiri dengan keadaan manakah kita bisa bermanfaat , kaya ataukah miskin?

Dengan kekayaan yang kita miliki, kita bisa membantu orang disekitar kita,menyempurnakan ibadah kita, membangun rumah ibadah, membangun pusat pendidikan dan lain-lain. Jadi berusahalah untuk menjadi orang kaya tentunya sesuai dengan ajaran islam dan mengamalkannya dijalan Allah, demi semata-mata hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Allah berfirman,

الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ ثُمَّ لاَ يُتْبِعُونَ مَا أَنفَقُواُ مَنّاً وَلاَ أَذًى لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

Artinya : “Orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah (2) ; 262). 

Hidup miskin ataupun kaya itu pilihan dari setiap orang, tapi bermanfaat bagi setiap orang itu suatu pencapaian yang sangat istimewa. Semua bisa terjadi dan terlaksana jika kita terus berusaha, belajar, dan berdoa. Adapun hasilnya nanti hanya Allah yang bisa menentukan.


Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


2 comments:

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter